PERAYAAN hari jadi Institut Konfusius (Confucius Institute Day)
yang ke-10 di Universitas Muhamamdiyah Malang (UMM) menjadi momen
pertemuan budaya Indonesia-Tionghoa. Perayaan yang berlangsung di Aula
BAU UMM, Jumat akhir pekan lalu (17/10) itu dikemas dengan pertunjukan
seni yang menampilkan tarian dan lantunan lagu yang dibawakan para
seniman Guanxi Normal University, China, di hadapan ratusan mahasiswa
UMM.
Pesta seni ini menampilkan tiga nyanyian rakyat, empat tarian
klasik dan modern, serta dua pertunjukan alat musik yang semuanya
menggambarkan kekhasan Tionghoa. Deputi direktur International Office
Guanxi Normal University Wang Guang Lu berharap, kegiatan ini bisa
menjadi jembatan komunikasi antara China dan Indonesia, karena
menurutnya, setiap pertunjukan yang ditampilkan memiliki arti sejarah
yang kuat bagi etnis Tionghoa.
Wang menambahkan, Institut Konfusius merupakan lembaga pengembangan
bahasa Mandarin yang memiliki 457 pusat bahasa yang tersebar di 222
negara di dunia. “Untuk itu kami berterima kasih pada UMM karena telah
menjadi perwakilan Indonesia dalam mengakrabkan budaya kami pada
masyarakat di sini,” ujarnya.
Salah satu mahasiswi China yang saat ini kuliah di UMM Zhang Lidong
bangga bisa turut mengenalkan budaya asalnya di UMM. “Walaupun hanya
jadi translator, saya senang, artinya kan kemampuan bahasa
Indonesia saya ada manfaatnya dalam mengenalkan budaya negara saya,”
papar Zhang yang saat ini tengah mempelajari bahasa dan budaya Indonesia
di UMM.
Lebih dari itu, menurut peniliti asal Uzbekistan yang saat ini tengah mengikuti program internship
di UMM, Markhabo Djumanova, pentas seni ini sangat berguna baginya
karena saat ini ia tengah meneliti tentang pendidikan lintas budaya di
Indonesia. “Sangat menyenangkan bisa menyaksikan keragaman budaya yang
kaya di UMM. Ini memudahkan saya dalam melakukan riset.”
Asisten Rektor UMM Bidang Kerjasama Soeparto mengaku bahagia karena
UMM dipercaya ambil bagian dalam gelaran yang penuh dengan nuansa
Tionghoa ini. “Ini menunjukkan bahwa perbedaan adalah sesuatu yang
menarik untuk dinikmati. Berbagai pertunjukan seni yang baru saja saya
lihat menjadi bukti bahwa sekalipun kita berbeda, kita punya rasa yang
sama dalam melihat keindahan,” pungkasnya. (ger/han)
SUMBER